Suatu negara tidak muncul begitu saja dan langsung membentuk suatu negara. Suatu negara memiliki perjalanan panjang sehingga menjadi negara yang berdaulat, tak mudah bagi suatu negara berdiri dan begitu banyak tantangan yang harus dilewati
Negara dimulai dengan perkumpulan dua orang kemudian menjadi keluarga, lalu keluarga ini bertemu keluarga lainnya bekerja sama untuk mencari makanan dan bercocok tanam, mempertahankan diri dari ancaman (binatang buas, bencana alam) serta berusaha untuk memperbanyak keturunan.
Melalui perkumpulan tersebut mereka akan memilih seseorang yang dianggap paling cocok untuk menjadi pengarah, pelindung dan penasehat mereka, inilah cikal bakal munculnya seorang pemimpin. Pada zaman dulu pemimpin muncul karena eksistensinya ditengah perkumpulan sangat besar, baik karna kekuatan, kecekatan, dan kecakapan dia palling menonjol dalam kelompok manusia yang dia pimpin.
Kemudian jika pemimpin dari perkumpulan ini mati, mereka beranggapan bahwa keturunan asli yakni putra anak darah dari pemimpin terdahulu adalah yang paling cocok mengemban tugas sebagai pemimpin mereka. Karena mereka menganggap sifat dan kekuatan pemimpin terdahulu mengalir di darah anaknya. Makanya dalam masa ini pengangkatan seorang pemimpin itu berdasarkan keturunan atau dikenal dengan Teori Kepemimpinan Genetis
Lalu, kelompok perkumpulan ini menjadi besar dan makin banyak dengan anggota yang telah berkembang dan beranak cucu. Mereka selanjutnya menduduki suatu daerah yang dianggapnya sebagai wilayah dari suatu perkumpulan tersebut, tapi walaupun manusia pada masa lampau sering berpindah tempat (nomaden dan semi nomaden), demikianlah yang disebut dengan "Wilayah" suatu "Negara".
Kehidupan manusia semakin berkembang, yang semula hanya berpikir bagaimana mempertahankan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan serta bercocok tanam. Manusia mulai berpikir bagaimana mengatur masyarakat didalam suatu wilayah melalui pemimpin didalamnya yakni dengan membuat "Aturan" (Hukum). Juga bagaimana menangkal ancaman dari luar dengan membentuk Pasukan Keamanan (Militer). Juga kegiatan tukar menukar barang terjadi antar manusia baik dengan sesama dalam wilayah maupun diluar wilayah kegiatan ini yang selanjutnya disebut perdagangan (Ekonomi). Pun bagaimana mengembangkan obat dan pelayanan kesehatan demi mengobati penduduk yang sakit (Kesehatan). Dan juga mulai memikirkan bagaimana menata kota melalui perencanaan pembangunan (Teknik) termasuk didalamnya bagaimana manusia memikirkan cara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan (Politik)
Pemikiran manusia semakin berkembang, perkumpulan yang dulunya sangat tradisional bertransformasi menuju perkumpulan yang lebih kompleks. Tujuan negara yang dulunya hanya sebatas menjaga keamanan dan ketertiban saja berubah menjadi bagaimana negara menjamin kesejahtraan masyarakat didalamnya.
Karena pemikiran masyarakat yang semakin luas, kesewenangan raja yang absolut semakin dianggap tidak cocok untuk mereka ikuti lagi. Berbagai revolusi menentang otoritarian dan diktator seorang raja semakin gencar. Seiring berjalannya waktu sistem pemimpin kuno sebagaimana yang muncul karena kekuatan dan keturunan itu mulai tergerus. Masyarakat menginginkan iklim pemerintahan yang lebih bebas dan bebas dari otoritarian seorang raja.
Transisi paradigma pemerintahan ini berpindah dari Sistem Kerajaan menuju Sistem Demokratis. Yang dulunya kekuasaan berada di satu tangan yakni raja sebagai kepala negara sekaligus pemerintahan bertindak seenaknya karena merupakan pemimpin tunggal, dan alur kebijakannya "Top Down" rakyat tak boleh mengintervensi setiap tindakan raja kalau membangkang hukuman menanti.
Karena merasa tertekan masyarakat mengidamkan suatu sistem lebih bebas dan menempatkan rakyat sebagai pemegang kuasa tertinggi. Demos (rakyat) dan Kratos (Pemerintah) atau Pemerintahan dari rakyat adalah dambaan masyarakat demi menentang kediktatoran seorang raja.
Adalah Montesque seorang pakar Prancis dengan Teori "Trias Politica" menjawab penderitaan masyarakat yang menjerit karena sistem sebelumnya. Intinya dalam Teori Trias Politica Monstesque adalah bagaimana membagi kekuasaan pada tiga poros utama yakni Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif, ketiga poros ini saling kontrol satu dengan yang lain agar tak ada lagi tindakan sewenang wenang dalam penyelenggaraan negara. Legislatif bertugas membuat aturan dan kebijakan, Eksekutif bertugas untuk menjalankan aturan dan kebijakan, kemudian Yudikatif bertugas untuk mengawasi dan mengadili bagi siapa yang memiliki tendensi "Abuse of Power" atau penyalagunaan kekuasaan.
Sistem Politik ini semakin berkembang diabad 19 dan 20. Tujuannya tak lain yakni menentang Sistem Monarki/Kerajaan. Banyak negara yang bertranformasi dari kerajaan menuju republik, re (kembali) public (rakyat). Dan bahkan sampai saat ini sistem inilah yang dianggap terbaik dari yang terburuk (catatan : bukan yang terbaik dari yang baik karna masih banyak penyakit yang terkandung didalam sistem ini yakni Oligarki, Feodal, Aristokrasi dan Spoil) klik untuk baca.
Kembali ke topik, jadi sebuah negara memliki proses yang panjang sehingga dapat disebut sebagai negara. Negara tak muncul begitu saja, dimulai dari dua orang membentuk keluarga, perkumpulan, suku, bangsa dan kemudian negara. Suatu negara dapat dikatan negara apabila memenuhi 4 aspek utama yakni
- Wilayah
- Rakyat
- Pemerintah yang Berdaulat
- Pengakuan (Defacto dan Dejure)
Selain Wilayah dengan batas batas tertentu, Rakyat yakni manusia yang tinggal didalam suatu wilayah, kemudian Pemerintah yang berdaulat secara politik dan memiliki legitimasi legal juga perlu pengakuan dari negara lain. Baik yang bersifat De Facto (sementara) yakni pengakuan pada praktik dan fakta sementara De Jure (tetap) pengakuan secara hukum dari kebanyakan negara (universal).
Indonesia sendiri menyatakan proklamasi kemerdekaan pada Jumat, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat yang dibacakan oleh Ir. Sukarno (Presiden RI Pertama) didampingin Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI Pertama) dalam sehelai kertas yang memuat pernyataan kemerdekaan dari penjajah (Dai Nippon/Jepang)
Sebentar lagi kita akan rayakan sebagai acara tahunan untuk memperingati detik detik proklamasi yang direbut para Foundings Father kita dengan darah dan nyawa. Untuk itu marilah kita melanjutkan perjuangan mereka dengan mengisi kemerdekaan dengan hal hal positif dan ikut serta bersama pemerintah, rakyat dan seluruh masyarakat demi Indonesia maju, mandiri, berkarakter dan disegani dunia.
Sekian,
Rio R. Simbar
17603147
No comments:
Post a Comment