Sunday 15 March 2020

Virus Pembasmi Manusia, CORONA !!!





Terimakasih telah membuka, soal judul saya minta maaf, kalau tidak begitu mana mungkin ada membuka tulisan ini, iyakan? yah kurang lebih begitulah media sosial dan berita saat ini, kalau tidak menarik dan "menakutkan", mana orang tertarik, ya kita realistis saja. Tapi tolong jangan secepat itu menarik kesimpulan, nikmati tulisan ini saya jamin pasti puas dan tidak sia-sia waktu anda.

Hipotesis awal, keyakinan saya anda merupakan manusia yang haus akan informasi, akan pengetahuan dan akan sangat bijaksana bila membaca tulisan ini sampai habis.

Lupakan soal judul mari ke substansi

Terus terang. Saya tidak akan membahas Virus ini secara panjang lebar, yang mungkin anda sendiri telah capek membaca ataupu n mendengar informasi virus ini terus berdengung ditelinga dan mondar-mandir dikepala anda. Tapi coba kita lihat dari kacamata lain, perspektif lain. Mari kita menemukan makna dari sebuah fenomena dari virus yang mengisolasi dunia saat ini.

Teror COVID-19 terus berlanjut, penyebarannya sangat cepat, sedikitnya 125.000 manusia dari 119 negara telah terdampak, dan lebih kurang 65.000 orang meninggal. Di Indonesia sendiri perhari ini telah dikonfirmasi 96 orang terpapar, 5 orang sembuh dan 4 meninggal. Lalu secara makro segi kehidupan apa saja yang ikut terdampak, mari ulas.

Di negara kita, kebijakan negara dikebut semata-mata hanya untuk penanganan virus mulai dari Keprres sampai ke kepala-kepala daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) baik instruksi, pernyataan keadaan, upaya preventif sampai kebijakan libur dan lain-lain

Dari segi ekonomi, semua negara saat ini terseok-seok dalam pandemi yang menyebar ketakutan bagi pelaku ekonomi dalam melaksanakan produksi, distribusi dan konsumsi yang merupakan 3 aspek fundamental dalam kegiatan ekonomi, semuanya terganggu, terhenti tidak ada yang berani melaksanakan tindakan-tindakan yang melibatkan kontak fisik baik produsen maupun konsumen.

Dari segi politik, eskalasi politik dunia meningkat akibat virus ini, beberapa negara menunda event penting, pertemuan-pertemuan besar dan politik luar negeri dihantui oleh teror virus yang bisa menyebar kapan saja dan dimana saja.

Dari segi sosiologis, orang-orang saling curiga, memelihara kegelisahan dan kekhawatiran, hubungan antar rekan, teman terganggu karna ancaman penularan, kesenjangan antara kaya dan miskin terlihat jelas dari mereka-mereka yang tamak memborong semua persediaan makanan seakan dunia akan kiamat besok, bagaimana dengan si miskin yang bisa saja kehabisan karena kerakusan kaum borjouis.

Di sektor pendidikan, sekolah-sekolah disemua tingkatan diliburkan, kegiatan diganti dengan belajar dengan metode online (Rumah Belajar, Kebijakan Kemendikbud). Tak sedikit siswa-siswi yang berterimakasih kepada virus yang meliburkan mereka selama 14 hari.

Di sektor olaraga, pegelaran kompetisi ternama ditunda bahkan dihentikan, Seria A Italy, Liga Champions, NBA, F1, Motogp dan masih banyak lagi event olaraga yang terganggu, bahkan mengancam Olimpiade Tokyo "Jepang" 2020 yang rencananya akan digelar 24 Juni 2020.

Di sektor bisnis dan hiburan, film-film besar seperti FF9,Mulan dan lain-lain tunda tayang, kegiatan ekspor-inpor terganggu, relasi bisnis face to face dialihkan melalui metode videocall. Banyak agen-agen nakal yang menampung masker dengan harapan dijual kemudian dengan harga yang naik 300 kali lipat.

Ini sebagian kecil aspek kehidupan yang terpengaruh, implikasi Covid 19 merasuk diseluruh aspek. hidup manusia diisolasi oleh virus yang tingkat kematiannya hanya dibawah 4%, ketakutan dan kekhawatiran meliputi hati dan pikiran manusia sekarang. Berbagai macam cara dilakukan untuk menciptakan rasa aman, dengan melakukan langka-langka antisipatif yang sesungguhnya terlalu berlebihan dan bahkan merusak persatuan dan harmonisasi kita selaku mahluk sosial.

Virus yang sesungguhnya adalah rasa takut dan gelisah. Kita merasa tertawan, terkurung dan menutup diri akan fenomena besar ini. Media sosial dipenuhi dengan informasi tentang COVID-19 yang tujuannya malah menyebarkan ketakutan, teror dan kegelisahan bagi seluruh pengguna. Mental bangsa kita memang mental "bagikan", menaruh perhatian lewat status tanpa melakukan upaya preventif yang dimulai dari diri kita sendiri.

Padahal tanpa kita semua sadari, suka tidak suka tujuan dari Media/Pers adalah untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat, judul-judul clickbait, tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dan tata bahasa hiperbola lalu lalang di belantara informasi online yang tumbuh subur dan lebat hingga kita tidak dapat membedakan mana yang benar dan yang tidak.

Kedewasaan dan kebijaksanaan kita sebagai bangsa sebenarnya sedang diuji, bukan karna virusnya tapi bagaimana kita menghadapi virus yang tingkat kematiannya jauh dibawah kecelakaan yang rata-rata per satu jam 3 orang meninggal akibatnya. Mental kita ditempah lewat kejadian ini, ambilah makna dari fenomena ini, jangan sekali-kali kita tertawan dengan keadaan ini.

Terlalu banyak instruksi yang disampaikan dari Pemerintah, Organisasi Kesehatan bahkan Pemuka Agama yang mungkin kita sendiri telah capek mendengarkannya sampai saat ini.  Begitupun saya yang belum memiliki kapasitas untuk memberi instruksi langsung, tapi lewat tulisan ini mungkin memberi kita pemaknaan baru tentang bagaimana menghadapi situasi saat ini. Tak perlu takut, lakukanlah sebisamu, sisanya serahkanlah pada Tuhan mu bila anda seorang yang percaya akan eksistensinya.

Sekian.



No comments: