Wednesday 5 June 2019

Produktif vs Konsumtif

Baru beli HP baru. Ehh bulan depannya udah muncul HP yg lebih baru dengan spek. yang lebih bagus dan harga murah. Ibarat dianggap temen pas lagi sayang sayangnya dan terima undangan nikah oleh mantan hehehe



Analogi ini bagus untuk memulai tulisan ini. Bumi itu berputar, semakin waktu berjalan semakin dunia berubah. Semakin kuat arus zaman, mau tak mau kita harus mengikutinya kalau tidak ya akan tertinggal dan ditelan zaman.

Ketika anda pergi kesebuah konter HP, yang menyediakan berbagai jenis dan merek HP apakah pertama yang anda tanyakan? 1. Merek HP? 2.Harga Murah? 3. Spesifikasi HP? 4. Yang Penting HP? :D (toh kebanyakan dari kita masih dibeli oleh orang tua).

Kalau anda tipe orang yang suka dengan brand/merek terkenal dengan maksud memiliki daya saing dan menunjukan indentitas, anda cenderung bertanya pada sales untuk poin yang pertama. Tak peduli harga yang penting kamera bagus biar bisa posting foto keren dan story kreatif di Instragram dan Instastory. Pula bisa foto di toilet Mall dengan menghadap kaca, tak lupa memfokuskan kamera pada Apel yang telah digigit (entah siapa yang mengigit). Bisa juga foto box HP dengan menggunakan caption "thanks God" padahal dapetnya dari orang tua hehe.

Kalau anda berpijak poin 234, sebelum anda pergi ke konter HP anda telah menganalisis baik itu brosur, berita, koran, dll untuk mengkomparasikan antara merek satu dengan yang lainnya, atau anda telah membandingkan harga satu dengan harga lainnya dengan pertimbangan yang sangat hati hati (kayak akuntan aja hehe). Ia memang, saya mengalami itu, walaupun saya harus akui bahwa HP yang saya gengam sekarang tak sepenuhnya dibeli sendiri paling tidak 40% dari keseluruhan harga itu duit saya sendiri hehe

Nah, bagi kita pemegang gelar Generasi Millenials atau Generasi Z (kelahiran 1990/2015) pastinya sudah lumrah dengan analogi ini, baku tembak gengsi dan gencatan popularitas merupakan makanan kita sehari hari, demi meningkatkan jumlah like dan banyaknya followers saja. Itu hanya secuil contoh saja, banyak lagi tapi malas saya sebutkan satu per satu.

Mirisnya, menurut penelitian RSPH (Royal Society for Public Health) dari Inggris, menemukan bahwa banyak remaja yang tertekan psikologisnya akibat menggunakan Instagram (termasuk medsos lain) dalam rentan waktu tertentu. Ini disebabkan karena kecenderungan melihat para teman temannya bepergian, berpakaian, cantik dan ganteng berkat 360, dan membandingkan dengan diri sendiri. Yang satu pamer dibumi yang satu pamer dilangit. Begitu seterusnya

Bagi generasi millenial ini merupakan tantangan tersulit kita adalah menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang semakin meningkat Yang namanya hangout, fashion, gadget, gaya, gengsi dan entertaiment dianggap sebagai kebutuhan primer, bukan lagi kebutuhan sekunder. Semakin kita membandingkan diri maka semakin kita terpuruk, menyadari akan keterbatasan kita baik financial maupun kapasitas Kita terlalu terbuai dengan rayuan duniawi sampai kita tak sadar dengan realitas dunia.


Terlalu sulit dicernah oleh kita yang datang dari Generasi pasca PD II atau Generasi Baby Boomer I&II (Pokoknya lahir sekitar 1950 sampai 1980 hehe) ?? Saya beri contoh yang mungkin anda pernah alami

Untuk mendapat analogi yang lebih realistik bagi generasi ini contohnya begini, berdasarkan keputusan rapat istimewa keluarga Pak Somat, memutuskan bahwa pada besok hari mereka akan ke dealer Mobil untuk membeli, besoknya mereka langsung pergi ke dealer dan memutuskan membeli satu jenis mobil sesuai dengan apa yang menjadi keputusan rapat, Pak Somat pun menempuh via kredit dalam jangka waktu 5 tahun. Baru saja berumur 6 bulan, mobil dengan merek/brand yang sama dan jenis yang sama rilis, dengan suguhan fitur yang lebih canggih dan futuristik sesuai dengan arus zaman, dan harga yang hanya naik 3% saja dari harga mobil yang dikredit Pak Somat. Tapi karna sudah terlanjut beli Pak Somat hanya bisa gigit jari.



Kepada siapa kita harus menyalahkan? Tidak ada!!. Arus zaman begitu kuat, tak bisa dibendung oleh manusia, mau bikin bendungan dari uang yang manusia punya mau berapa lapis pun toh semua tetap akan jebol. Semua berkembang baik itu gaya hidup, generasi, teknologi, maupun perilaku tiap individu. Ingat diatas langit masih ada langit, harta itu bisa dicari tapi bisa hilang begitu saja

Disini kita dapat membedakan antara Produktif dan Konsumtif. Roy Kiyosaki dalam bukunya "Rich Dad and Poor Dad" ia memberi perbedaan yang paling krusial antara si kaya dan si miskin dalam menggunakan uang. Bagi si Kaya, uang yang dia dapat haruslah dapat diputarkan/diinvestasikan agar menambah nilai dari apa yang dia dapatkan diawal, bisa lewat usaha, penanaman modal, dll pokoknya uangnya harus berputar. Sedangkan Si Miskin uang yang ia dapat baik itu lewat kerja atau lewat manapun itu, ia berusaha memikirkan untuk apa yang bisa dia beli, sesuai dengan keinginannya. Si Miskin berpendapat "saya bekerja untuk uang dan uang itu harus saya pakai, kalau habis kan bisa dicari lagi"

Ada data menarik terkait tema ini, berdasarkan sebuah riset mengatakan bahwa uang yang beredar dunia 90% dimiliki oleh 5% populasi manusia, sedangkan 95% populasi manusia hanya menguasai 10% uang saja. Di Indonesia sendiri, 4 orang terkaya di Indonesia setara dengan 150 juta penduduk kelas menengah sampai kelas bawah. Bagi mereka yang termasuk dalam 95% populasi (mengengah kebawah) membeli sebuah Lamborghini itu hal yang mustahil, tapi bagi mereka yang termasuk dalam 5% membeli sebuah Lamborghini itu seperti layaknya membeli sebuah burger/nasi campur.

Konsultan uang ternama dari Singapore yang bernama Wealth Mastery, membuat simulasi sederhana bahwa bila uang yang beredar didunia dikumpulkan dan dibagi rata, maka setiap manusia akan mengantongi 21.6 Miliyar per orang? Wow, jadi OKB (orang kaya baru) dan tajir melintir

Miris bukan? Yah harus diakui ini merupakan buah dari demokrasi liberal dengan sistem kapitalisme.

Kata konsumtif artinya sementara, apa yang diinginkan itu hanya sesaat saat diinginkan. Produktif artinya menghasilkan, dari apa yang dibeli diharapkan dapat untuk membeli. Bila anda membeli mobil berarti anda konsumtif bila anda membeli tanah atau emas berarti anda produktif.

Begitu mudah membedakan itu, bahkan dihal hal kecil sekalipun, di Indomaret anda datang untuk apa? Kalau anda dikubu konsumtif anda akan membeli snak, coklat, minuman untuk memenuhi nafsu dan dahaga. Dan jika anda dikubu produktif hal apa yang anda lakukan di Indomaret? Kaum produktif akan menganggap itu pemborosan, memang harus diakui sulit untuk menahan nafsu dan dahaga tapi ia mencoba melawan itu dengan mengalihkan perhatian ke arah lain untuk mengalihkan fokus agar tidak terjerumus dengan kandungan gula di coklat dan minuman (kok jadi kesehatan hehe)

Masa muda adalah masa yang paling indah, tak bisa diulang. Walaupun dirundung tekanan dan nafsu. Tapi diera ini produktivitas dan tenaga kita masih prima. Harapan keliatan nyata diera ini. Ininya selain harus bersyukur dengan apa yang diberikan yang diatas, pula harus mampu memanfaatkan waktu dimasa muda ini agar dapat menjadi berkat bagi keluarga dan orang banyak

Silahkan anda mengintrospeksi diri, dimana anda berpijak. Konsumtif? Produktif?
THE CHOICE IS ALWAYS YOURS
Sekian,

Rio R. Simbar
17603147







No comments: