Sunday 26 May 2019

G/30 S=Soeharto?


"Sejarah ditulis oleh pemenang"- Winston Chruchill. Kebenaran Populis subur diera Orde Baru, berkat reformasi dan kebebasan pers membuat kebenaran-kebenaran mulai terungkap dan kebohongan-kebohongan mulai tenggelam.


Ketika Presiden Sukarno mengalami berbagai penyakit tuannya yang dikonsultasikan kepada para dokter China dari Beijing, berbagai kelompok mulai memperhitungkan bagaimana mereka dapat naik ke puncak kekuasaan. Ada dua kelompok angkatan darat yang diisukan berebutan ketika itu, yaitu kelompok Dewan Jendral yang akan menggulingkan Presiden Sukarno, dan kelompok Dewan Revolusi yang setia kepada Presiden Sukarno dipihak berikutnya.

Meningkatnya suhu politik pada tahun 1965 tersebut dikaitkan dengan siapa pengganti Presiden Sukarno kalau yang bersangkutan wafat, karena sejak Indonesia merdeka, hanya beliau yang menjadi presiden bahkan wakil presiden tidak pernah ditujunjuk, dipilih maupun diangkat sejak Bung Hatta meninggalkan kabinet.

Hanya dua tokoh penting yang disebut sebut sebagai pengganti Presiden Sukarno ketika itu, yaitu Jendral Abdul Haris Nasution dan Jendral Ahmad Yani. Kedua tokoh ini sangat dibenci PKI karena menghalang halangi PKI mendekati Sukarno. PKI dengan strategi memanaskan sangketa antara si kaya dan si miskin, diletuskannya isu sama rasa sama rata, serta yel yel agar para buruh bersatu, berhasil mempengaruhi ribuan kelompok rakyat kelas bawah (proletar).

Jauh sebelum PKI meletuskan pemberontakannya tahun 1965 Suharto sudah mempunyai dendam kesumat yang lama kepada Ahmad Yani karena merasa pangkatnya lebih tinggi dari Ahmad Yani. Akar permasalahnnya, waktu itu Suharto telah berpangkat Brigadir Jendral (Brigjen) sedangkan ketika itu Ahmad Yani masih Kolonel. Jadi ketika Ahmad Yani diangkat oleh Presiden Sukarno menjadi Panglima Angkatan Darat (AH. Nasution sebagai wakil Panglima AD) dan pangkatnya sekaligus dinaikan, sedangkan Suharto tetap hanya Panglima Kostrad. Dendam kesumat telah tertimbun.

Apalagi Suharto pernah diinterogasi gara gara keterlibatan bisnisnya dengan Liem Sui Liong oleh Jendral Abdul Haris Nasution, maka dendam ini menjadi perkiraan para pengamat bahwa ada kemungkinan Suharto memanfaatkan dan mendiamkan PKI, yang pada semalam sebelum meletus, PKI melapor kepada Suharto dan beliau menyetujuinya dengan membiarkan Jendral AH. Nasution dan Letjen Ahmad Yani serta para jendral lainnya terbunuh.

Jadi, PKI bukan seluruhnya menjadi penyebab gerakan malam jahanam itu karena memang ada dendam dari perseteruan dikalangan angkatan darat.

Jadi ada 7 alasan yang dapat membuktikan Suharto terlibat dalam pemberontakan PKI bahkan sengaja tidak dikorbankan PKI sebagai berikut ;

  1. Suharto diam saja ketika dilaporkan Kolonel Latief 
  2. Suharto sebagai Pangkostrad tidak dijadikan target oleh PKI
  3. Suharto cepat mengerti apa yang terrjadi dan selanjutnya dilakukan
  4. Suharto mensiagakan pasukannya di Monas
  5. Suharto berhubungan dengan CIA (baca)
  6. Suharto menahan Pranoto Reksosamodra (Panglima AD setelah peristiwa G30S)
  7. Suharto memaksakan/"memalsukan" Supersemar

Apalagi waktu itu Sukarno mengizinkan buruh tani dan pemuda rakyat dipersenjatai, meingat Indonesia dan Malaysia sedang gencar melakukan konfrontasi. Atas alasan penambahan kekuatan militer, Sukarno mengizinkan itu. Disatu sisi keuntungan didapat PKI karna para simpatisan dan kader partainya mendapat izin dari Panglima tertinggi semua angkatan untuk dipersenjatai.

Belum lagi, buah dari Demokrasi Terpimpin yang dikeluarkan Presiden Sukarno lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959 membentuk tiga poros politik, yakni Nasional (PNI), Agama (Masyumi/NU) dan Komunis (PKI). Membuat eksistensi PKI sangat dominan.

Pada saat Gerakan 30 September pecah, keadaan Indonesia goncang 7 Dewan Jendral yang dianggap setia pada Sukarno diculik dan dibunuh, adalah;

1. Ahmad Yani
2. M.T Haryono
3. S. Parman
4. Suprapto
5. D.I Panjaitan
6. Sutoyo
7. Piere Tendean (target sebenarnya AH Nasution tapi beliau berhasil melarikan diri, PKI malah        menangkap ajudannya yakni Pierre Tendean).

Setelah peristiwa ini tuntutan rakyat membara, Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) didengungkan Mahasiswa dgn atas nama rakyat didepan Istana merdeka tritura berisi; bubarkan PKI, perombakan kabinet dwikora dan penuruhan harga harga. Karna terdesak Presiden Sukarno melarikan diri menggunakan Helikopter ke Istana Bogor. Bersama juga dibawahnya penyakit tuannya yang meradang menyiksa dirinya dan mengganggunya, baik psikoligis maupun biologisnya.

Jebakan berhasil, Suharto lalu mengirim tiga jendral sekutunya ke istana bogor yaitu Brigjen Basuki Rahmat, Brigjen Andi Moh. Yusuf dan Brigjen Amir Machmud, untuk membawa sepucuk surat berhalaman dua dengan berkop surat presiden berlogo "Bhineka Tunggal Ika". Diatas kertas itu (Supersemar) dibubuhkan tandan tangan Sukarno sebagai Presiden dan memberi perintah untuk Suharto selaku Pangkostrad untuk mengambil segala tindakan pengamanan demi menciptakan kondisi kondusif dan terkendali mengingat para Mahasiswa dan Rakyat sedang berkoar di Ibu Kota.

Banyak kejanggalan terkait tafsiran sebenarnya tentang perintah Presiden Sukarno kepada Letjen Suharto pada waktu itu. Ada anggapan bahwa ketika Brigjen utusan Suharto itu menodong senjata kepada Presiden Sukarno yang waktu itu sakit untuk menandatangani (baca), ada pula yang berkata bahwa tanda tangan Presiden Sukarno direkayasa karna tanda tangan Presiden Sukarno itu sangat mudah dan telah dikenal, persis pada surat Proklamasi Kemerdekaan yang mudah saja ditiru.

tiga versi supersemar
https://merahputih.com/media/2016/03/10/5EASC7ITWh1457564353.jpg

Dengan "mandat" Supersemar, bak pahlawan Suharno membumihanguskan PKI dengan kejam, berkat tindakannya dia dicap pahlawan, dan Nasution jendral senior didera trauma dengan kematian puterinya dan ajudannya. Akhirnya PKI dibubarkan.

Selanjutnya selama 32 tahun Suharto menguasai Indonesia dengan terpilih berkali kali. Menguasai Indonesia baik Politik, Ekonomi, Militer (Panglima tetinggi), serta menguasai sejarah pula. Pers dibrendel, sejarawan dibungkam, kebebasan perpendapat diperkosa, dan buku buku dihilangkan dari peradaban. Buahnya emosi rakyat memuncak pada 12-21 Mei 1998 membuat dirinya turun dari tirani kekuasaan 32 tahun lamanya.

"Sejarah itu milik penguasa" terbukti pada kisah ini,dimulai dari dendam antar petinggi angkatan darat berbuah dendam yang lama terpendam kemudian diluapkan secara terstruktur, sistematis dan sukses oleh Suharto, selama ini kita dibodohi oleh rezim Suharto lewat pengalihan isu "Film Pemberontakan G30 PKI" yang secara eksplisit mengarah pada kepahlawanan Suharto melawan PKI sedangkan Sukarno merangkul PKI. Semua itu merupakan kebohongan rezim "Pembuat Hoax terbaik adalah penguasa" Rocky Gerung.

Sekian

Rio R. Simbar
17603147





No comments: